Sambutan Seminar Nasional “Pendidikan Islam Menjawab Tantangan Era Disruptif” di Aula Lantai 6 Gedung KH.Arief Mustaqiem IAIN Tulungagung

Sambutan Seminar Nasional “Pendidikan Islam Menjawab

Tantangan Era Disruptif”

di Aula Lantai 6 Gedung KH.Arief Mustaqiem  IAIN Tulungagung

Kamis, 14 November 2018

 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

  • Yth. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Nuh DEA, sebagai narasumber Seminar Nasional.
  • Yth. Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor IAIN Tulungagung sekaligus keynote speaker dalam Seminar Nasional.
  • Yth. Bapak Wakil Rektor I, II, III IAIN Tulungagung.
  • Yth. Bapak Kabiro AUAK IAIN Tulungagung.
  • Yth. Bapak Dekan FUAD, FASIH, dan FEBI IAIN Tulungagung.
  • Yth. Bapak Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung.
  • Kabag TU Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung,
  • Yth. Kasubag AKA dan Kasubag AUK Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung,
  • Yth. Bapak/Ibu Kajur dan Sekjur Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung,
  • Yth. Bapak/Ibu Dosen di Lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung,
  • Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung yang saya sayangi dan saya banggakan.

 

Alhamdulillah, kita patut bersyukur karena pada minggu ini telah memasuki tiga perempat semester yang menandakan bahwa kegiatan belajar mengajar di lingkungan FTIK IAIN Tulungagung telah mencapai tiga perempat kegiatan dalam semester ini. Dalam kesempatan yang berbahagia ini, dalam beberapa menit ke depan kita bersama akan menyimak  paparan narasumber yang tidak asing lagi yakni Bapak Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Nuh DEA. Beliau lahir di Surabaya, 17 Juni 1959 adalah menteri pendidikan dan kebudayaan pada kabinet Indonesia Bersatu II. Sebelumnya jabatan yang pernah dipegang adalah menteri komunikasi dan informatika (2007-2009) dan pernah menjabat sebagai Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya periode 2003-2006. Jabatan yang lain adalah menjadi menteri kebudayaan dan pariwisata Indonesia (ad-interim 1 Oktober 2008-22 Oktober 2009. Selain itu,  Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Nuh DEA juga pernah menjadi ketua ICMI Jawa Timur dan pengurus PCNU.

Seminar Nasionalpada hari ini berjudul “Pendidikan Islam Menjawab Tantangan Era Disruptif”. Disruptif dengan kata dasar disrupsi, menjadi tantangan bagi bidangpendidikan karena bidang pendidikan merupakan salah satu bidang selain teknik dan kesehatan yang dapat menopang kualitas sumber daya manusia Indonesia sesuai prioritas Kemenristekdikti. Era disrupsi di bidang pendidikan membuat peserta didik dengan mudah mendapatkan jawaban dari suatu permasalahan yang diajukan guru hanya dengan mesin pencari di web. Maka, fungsi guru di era disrupsi berbeda dari guru pada era sebelumnya, yaitu bergeser kepada fungsi penanaman nilai-nilai etika, karakter, kebijaksanaan, pengalaman, dan empati sosial karena fungsi tersebut tidak mungkin dilakukan oleh mesin. Terdapat revolusi peran guru sebagai sumber belajar atau pemberi pengetahuan menjadi mentor, fasilitator, motivator, dan inspirator dalam mengembangkan imajinasi, kreativitas, karakter, serta tim kerja pada generasi muda yang dibutuhkan pada masa depan. Tantangan lembaga pendidikan calon guru adalah bagaimana membentuk kompetensi kepribadian yang selanjutnya akan memupuk keteladanan sehingga sesuai harapan revolusi peran guru di era disrupsi.

Kompetensi kepribadian yang dimaksud tidak lain adalah akhlakul karimah, di mana dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits. Al-Qur’an dan al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. Dengan pendidikan akhlak yang disampaikan kepada manusia akan menghasilkan orang-orang yang bermoralbaik laki-laki maupun perempuan, memiliki jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, mengetahui arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia, mengetahui perbedaan buruk dan baik, memilih satu fadhilah karena cinta pada fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela dan mengingat Allah SWTdalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.

Maka salah satu metode terbaik dalam membentuk akhlak peserta didik adalah melalui keteladanan. Dalam buku Bukhari Umar pada tahun 2010 disebutkan bahwa metode keteladanan merupakan metode yang sangat penting. Teladan merupakan metode yang paling berhasil guna, karena umumnya peserta didik lebih mudah menangkap yang konkret daripada yang abstrak karena seseorang akan merasa kesulitan dalam memahami pesan apabila ia tidak diberikan contoh dalam masalah yang disampaikan kepadanya. Sementara itu, Aly dan Munzir pada tahun 2008 dalam bukunya juga menyatakan bahwa pengajaran dan keteladanan merupakan metode asasi bagi terbentuknya keutamaan dan akhlak. Prinsip ini terlihat dari perilaku Rasulullah SAW  yang bernilai edukatif akhlaki. Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk meneladaninya, yakni melakukan apa yang telah diperintahkannya dan menjauhi apa yang dilarangnya.

Metode keteladanan merupakan metode nubuwah yang kerap dipakai oleh Rasulullah SAW dalam mengajarkan para sahabatnya sekitar 1.400 tahun yang lalu, sehingga metode tersebut  praktis digunakan dalam pembentukan akhlak. Hal ini juga sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantara: “ing ngarso sung tulodo” (yang di depan memberi contoh). Tentunya akan sangat kontradiktif pada guru dan dosen menekankan siswa atau mahasiswanya untuk berakhlak mulia, sedangkan dalam kesehariannya guru ataupun dosen tersebut justru mempraktekkan perilaku tercela.

Hadirin yang saya hormati, demikian sambutan yang dapat saya sampaikan untuk membuka acara Seminar Nasional ini. Saya berpesan dan mengajak seluruh civitas akademika di lingkungan FTIK IAIN Tulungagung untuk selalu menumbuhkan dan menjaga perilaku sebagai cerminan akhlakul karimah. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga dan memberikan keberkahan ilmu kepada kita. Amiin.

 

 

 

 

PANTUN

Tulungagung kota nyaman nan teduh,

Padat pengunjung ramah pula penduduk.

Beruntung kita berjumpa Pak Nuh,

Semangat seminar dan jangan mengantuk.

 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

   
© Tarbiyah IAIN Tulungagung